Kepemimpinan

 Kepemimpinan
Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan suatu kemampuan yang melekat pada diri seseorang yang memimpin, yang tergantung dari macam-macam faktor, baik faktor-faktor intern maupun faktor-faktor ekstern (Winardi, h.47).Menuru George R. Terry, ”Kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang untuk berusaha mencapai tujuan kelompok secara sukarela (Hersey & Blanchard, h.98).” Dari definisi tersebut dapat kita menyimpulkan bahwa (Winardi, h.56): aktivitas memimpin pada haki katnya meliputi suatu hubungan;adanya satu orang yang mempengaruhi orang-orang lain agar mereka mau bekerja ke arah pencapaian sasaran tertentu.
Robert Tannenbaum Irving R. Weschler dan Fred Messarik
mendefinisikan kepemimpinan sebagai ”pengaruh antarpribadi yang dilakukan dalam suatu situasi dan diarahkan, melalui proses komunikasi, pada pencapaian tujuan atau tujuan-tujuan tertentu.” Harold Koontz dan Cyril O’Donnel mengemukakan bahwa ”kepemimpinan adalah upaya mempengaruhi orang-orang untuk ikut dalam pencapaian tujuan bersama.” 31 Hasil tinjauan terhadap penulis-penulis lain mengungkapkan bahwa parapenulis manajemen umumnya sepakat bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu (Hersey & Blanchard, h.99).2.1.2
Gaya Kepemimpinan Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat (Thoha,h.49). Adapun sebagian besar teori kepemimpinan memfokuskan pada gaya kepemimpinan. Variabel ini sangat penting karena gaya kepemimpinan mencerminkan apa yang dilakukan oleh pemimpin dalam mempengaruhi pengikutnya untuk merealisasi visinya.
Gaya kepemimpinan adalah pola menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin, baik gaya yang tampak maupun yang tidak tampak oleh bawahannya. Gaya kepemimpinan menggambarkan kombinasi yang konsisten dari falsafah, keterampilan, sifat dan sikap yang menda
sari perilaku seseorang. Gaya kepemimpinan yang menunjukkan, secara langsung maupun tidak langsung, tentang keyakinan seorang pimpinan terhadap kemampuanbawahannya. Artinya, gaya kepemimpinan adalah perilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari falsafah, keterampilan, sifat, sikap yang sering diterapkan seorang pemimpin ketikaia mencoba mempengaruhi kinerja bawahannya (Veithzal Rivai, h.64).
            Fungsi Kepemimpinan
Secara operasional dapat dibedakan dalam lima fungsi pokok kepemimpinan, yaitu (Veithzal Rivai, h.53):
a.Fungsi instruksi
Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai komunikator merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, bilamana, dan dimana perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif. Kepemimpinan yang efektif memerlukan kemampuan untukmenggerakkan dan memotivasi orang lain agar mau melaksanakan perintah.
b.Fungsi konsultasi
Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap pertama dalam usaha menetapkan keputusan, pemimpin kerapkali memerlukan bahan pertimbangan, yang mengharuskannya berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya yang dinilai mempunyai berbagai bahan informasi yang diperlukan dalam menetapkan keputusan. Tahap berikutnya konsultasi dari pimpinan pada orang-orang yang dipimpin dapat dilakukan setelah keputusan ditetapkan dan sedang dalam pelaksanaan. Konsultasi itu dimaksudkan untuk memperoleh masukan berupa umpan balik (feed back)untuk memperbaiki  dan menyempurna kan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan. Dengan menjalankan fungsi konsultatif dapat diharapkan keputusan-keputusan pimpinan, akan mendapat dukungan dan lebih mudah menginstruksik annya, sehingga kepemimpinan berlangsung efektif.
c.Fungsi partisipatif
Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan orang orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya. Partisipasi tidak berarti bebas berbuat semaunya, tetapi dilakukan secara terkendali dan terarah berupa kerjasama dengan tidak mencampuri atau mengambil tugas pokok orang lain. Keikutsertaan pemimpin harus tetap dalam fungsi sebagai pemimpin dan bukan pelaksana.
d. Fungsi delegasi
Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang membuat atau menetapkan keputusan,baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan. Orang-orang penerima delegasi itu harus diyakini merupakan pembantu pemimpin yang memiliki kesamaan prinsip,persepsi dan aspirasi.
e. Fungsi pengendalian
Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses atau efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi dan pengawasan.




LANDASAN TEORI
KEPEMIMPINAN DAN GAYA KEPEMIMPINAN
Kedudukan dan peranan seorang pemimpin sangat penting dalam mengarahkan dan menggerakkan bawahannya untuk mau dan mampu bekerja aktif dan efektif guna mewujudkan tujuan organisasi.
Kepemimpinan seseorang dalam prakteknya akan bertumpu pada kemampuan mengimplementasikan konsep kepemimpinan. Hal ini berarti, seorang pemimpin dengan kepemimpinannya harus mampu mempengaruhi bawahannya dalam melaksanakan pekerjaan guna mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian, kepemimpinan adalah proses di mana seseorang berusaha mempergunakan pengaruhnya terhadap para bawahan (pengikutnya) dengan tujuan mempengaruhi perilaku mereka sesuai dengan keinginannya.

Hal ini sejalan dengan pendapat Stogdill (1974:10) yang mengemukakan “leadership is a process (act) of influencing the activities of an organized group in its efforts toward goal setting and goal achievement” (proses tindakan mempengaruhi aktifitas kelompok yang terorganisasi dalam usaha menetapkan tujuan dan pencapaian tujuan). Sementara itu Cowley (dalam Stogdill 1974:12) menjelaskan bahwa “leader is a person who has a program and moving toward an objective with his group in a definite manner”. Dengan kata lain bahwa pemimpin merupakan individu yang memiliki program dan bersama anggota kelompok bergerak untuk mencapai tujuan dengan cara yang pasti.

Seorang pemimpin harus mampu mencurahkan segenap daya kekuatannya untuk membawa dan mempengaruhi perilaku bawahannya menuju tujuan yang digariskan dalam program kerjanya, karena untuk mendapatkan hasil kerja yang utuh dalam suatu kepemimpinan seorang pemimpin dituntut mampu memadukan kemampuan mempengaruhi bawahan dengan sumber daya lainnya secara tepat dan benar, yaitu; melalui perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pengawasan dan pengendaliannya, yang kesemuanya diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan.

Ada tiga teori kepemimpinan yang paling terkenal, yakni teori sifat, teori perilaku dan teori kontingensi (Stogdill, 1974:35-167; Stoner, 1986:113-142; Sutarto, 1995:39-137). Teori sifat memandang bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat/karakter yang dimiliki pemimpin itu. Sedangkan teori perilaku berpandangan bahwa keberhasilan seorang pemimpin di dasarkan atas perilakunya. Dengan kata lain pendekatan ini menjelaskan bahwa keberhasilan atau gagalnya seorang pemimpin ditentukan oleh gaya bersikap dan bertindak pemimpin itu sendiri. Bahkan Shekdon dan Steven (dalam Sutarto, 1995:38) menemukan adanya 76 tipe stuktur badan yang berhubungan dengan perbedaan kepribadian seorang pemimpin.

Menurut Sutarto (1995:64) “gaya bersikap dan bertindak pemimpin akan nampak dalam beberapa hal, diantaranya cara melaksanakan suatu pekerjaan, cara memberikan tugas, cara memberikan perintah, cara berkomunikasi, cara menegakkan disiplin dan cara menegur kesalahan bawahan”.

Sedangkan teori perilaku berpandangan bahwa keberhasilan seorang pemimpin didasarkan atas perilakunya. Pendekatan ini menjelaskan bahwa keberhasilan atau gagalnya seorang pemimpin ditentukan oleh gaya bersikap dan bertindak pemimpin itu sendiri. Menurut  Sutarto (1995:64) gaya bersikap dan bertindak pemimpin akan nampak dalam beberapa hal, diantaranya; “cara melaksanakan suatu pekerjaan, cara memberikan tugas, cara memberikan perintah, cara berkomunikasi, cara menegakkan disiplin dan cara menegur kesalahan bawahan”.

Sementara itu menurut penelitian Ohio (dalam Thoha, 1996:273) seorang pemimpin mempunyai orientasi kepemimpinan terhadap dua dimensi, yakni; “pemimpin yang mementingkan hasil atau perilaku tugas dan pemimpin yang mementingkan bawahan atau perilaku hubungan”. Berdasarkan pandangan teori perilaku, gaya kepemimpinan yang efektif dipengaruhi oleh orientasi perilaku pimpinan itu sendiri. Penemuan Greene (dalam Thoha, 1996:283) menyatakan bahwa: ketika para bawahan tidak melaksanakan pekerjaan dengan baik, pemimpin cenderung untuk menekankan pada struktur pengambilan inisiatif (perilaku tugas). Sebaliknya ketika para bawahan dapat melaksanakan pekerjaan secara baik, pemimpin menaikkan penekanannyua pada pemberian perhatian (perilaku hubungan).

Teori kepemimpinan situasional atau teori kontingensi dikembangkan Fiedler (dalam Hersey , 1996:189), yang mengemukakan bahwa “kepemimpinan yang efektif dipengaruhi oleh faktor perilaku pemimpin dan faktor-faktor situasi”. Penelitian tersebut didasarkan pada tiga macam variable penting yang mempengaruhi perilaku kepemimpinan yang efektif, yakni; “hubungan antara pemimpin dengan bawahan (perilaku hubungan), struktur tugas (perilaku tugas) dan variabel kuasa atau wewenang dari posisi yang dimiliki pemimpin (kedudukan pemimpin)” (Fiedler dalam Hersey , 1996:189).

Menurut pendapat Hersey et al, (1996:191-192) berdasarkan variabel perilaku tugas, variabel perilaku hubungan dan variabel kesiapan terdapat empat gaya kepemimpinan, yakni gaya telling (memberitahukan), selling (menjajakan), participating (mengikutsertakan), dan delegating (mendelegasikan). Gaya kepemimpinan telling (memberitahukan) digunakan apabila tingkat kesiapan bawahan rendah, dengan perilaku hubungan yang rendah dan perilaku tugas tinggi, gaya kepemimpinana selling (menjajakan) digunakan apabila tingkat kesiapan rendah dengan perilaku hubungan tinggi dan perilaku tugas tinggi, gaya kepemimpinan participating (mengikutsertakan) digunakan apabila tingkat kesiapan sedang  ke tinggi dnegan perilaku hubungan tinggi dan perilaku tugas rendah, sedangkan gaya kepemimpinan delegating (mendelegasikan) digunakan apabila tingkat kesiapan bawahan tinggi, dengan perilaku hubungan rendah dan perilaku tugas rendah.

Berdasarkan penjelasan diatas, penerapan gaya kepemimpinan dipengaruhi perilaku pemimpin itu sendiri (perilaku tugas atau hubungan) dan pengetahuan pimpinan akan tingkat kesiapan dari orang-orang yang dipimpinnya (bawahan). Penerapan gaya kepemimpinan yang dipraktekkan memiliki konsekuensi sendiri terhadap perilaku bawahannya, antara lain terhadap disiplin kerja bawahannya.

Stogdill (1974:30) mengidentifikasikan beberapa fungsi kepemimpinan berdasarkan pendapat ahli teori perilaku sebagai berikut
1)    Defining objectives and maintaining goal direction (mendefinisikan tujuan dan menentukan sasaran)
2)    Providing means for goal attainment (menentukan sasaran daripada kelompoknya)
3)    Providing and maintaining group structure (menentukan struktur dari kelompok)
4)    Facilitating group action ang interaction (memperhatikan kegiatan kelompok dan bentuk interaksi)
5)    Maintaining group cohesiveness and member satisfaction (memperhatikan kekompakan kelompok dan mendapatkan kepuasan anggotanya)
6)    Facilitating group task performance (mempersiapkan kelompok untuk dapat melaksanakan tugas-tugasnya)

Berdasarkan pendapat di atas, dalam kepemimpinan harus memperhatikan komponen penetapan sasaran dalam mengarahkan tujuan, penetapan cara mencapai tujuan, penetapan dan memelihara struktur kelompok, menentukan tindakan dan interaksi kelompok, memelihara keterpaduan kelompok dan kepuasan anggota, serta memudahkan tugas kelompok.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

0 komentar:

Posting Komentar